Monday, April 5, 2010

Silaturahmi & Ibu Muda dari Negeri Sakura

Oleh: Udi Sukrama
Apa kabar? How do you do?
Kalimat singkat sapaanku kepada seorang teman di acara silaturahmi di sebuah gedung mewah di bilangan kota Jakarta. Temanku itu bernama Meina yang sengaja datang dari negeri Sakura. Menurut kabar, ia telah sukses urban menjadi seorang editor di negeri tersebut. Kemudian, ia langsung menjabat tanganku dengan erat dan berkata seperti apa yang kuucapkan. Selanjutnya, ia mengajakku untuk duduk ke sebuah meja yang jauh dari hiruk pikuk musik dalam acara tersebut.
Meina mecoba menjelajahi pendapatku tentang makna silaturahmi. Aku tahu, ia sedikit kecewa dan bosan akan acara seperti ini. Kemudian, aku bertanya mengapa ia terlihat kecewa. Akan tetapi, sebelum menjawab, ia memberikan beberapa pertanyaan kepadaku.
“Menurutmu, apakah acara silaturahmi seperti ini membuat ikatan hati dan kebersamaan?” tanya Meina kepadaku.
“Coba kamu lihat di sana masih seperti dahulu, berkelompok-kelompok dan saling pamer kebendaan!” kata Meina.
“Ya, mungkin itu makna silaturahmi yang mereka pahami,” jawabku singkat.
Selanjutnya, Meina pun berkata: “Silaturahmi bukan hanya sekedar makan-makan, apalagi mempertunjukkan kebendaan. Itu sih gaya lama, gaya Oom atau tante-tante di tahun 70-an. Silaturahmi merupakan pertalian atau benang merah keterbukaan pikiran dan kepekaan hati.Keterbukaan pikiran membuat kita dapat berbaur dan belajar dari orang lain. Kepekaan hati membuat kita peduli terhadap teman, sahabat, dan kerabat serta serta menjalin persaudaraan. Itulah targetan yang dicapai dari makna silaturahmi,” jelasnya.
Hmmm….sambil manggut-manggut, bilik pemikiranku mulai terbuka akan pola pikir yang ia utarakan. Kemudian, kami mengajak beberapa teman berbincang-bincang tentang memberi bantuan kepada teman-teman se-almamater yang terkena musibah di Padang hingga membuat kerja sama wirausaha.
Beberapa bulan setelah acara itupun, aku dan teman-teman masih saling berhubungan melalui telepon maupun melalui situs jejaring sosial, termasuk dengan Ibu muda yang bekerja di Osaka itu.
Oh…Indahnya silaturahmi! Terima kasih atas pelajaran yang telah kau utarakan, wahai ibu muda dari negeri Sakura. Meskipun engkau telah berkolaburasi dengan budaya Jepang, tetapi masih tetap membumikan budaya silaturahmi ala Indonesia. Ibu Meina . . . . salam untuk keluarga di sana.


(Sekedar cerita nyata yang boleh dibagikan dan perlu keritikan)

No comments: