Aku titip salam dalam derasnya hujan berlalu
Oleh: Robin Ginting
Awan,
Awan-awan putih
Atau kelabu di langit
Telah bertumbuh besar semenjak pagi
Ketika angin bertiup semakin kencang
Masih,
Aku masih saja menuggu saatnya hujan
Membasahi bumi dengan rinai-rinai
Akankah bau tanah dan rumput-rumput
Mengingatkan ketika kau dan aku
Larut dalam pegangan tangan
Berlari-lari kecil menghindari hujan
Inilah saatnya,
Sudah hampir sepuluh tahun teman
Namun aku masih saja mengingatnya
Karena untuk pertama kali waktu itu
Aku menengadahkan muka ke langit
Dalam derasnya hujan aku rasakan cintamu
Hujan,
Betapa siklus biogeokimia selalu membawamu
Kembali hadir di sini
Menemani hari-hariku yang semakin terasa panjang
Namun kau tak pernah membawa kekasihku
‘tuk pulang
atau sekedar menitipkan rindu
pada sebuah hati telaga biru
Hujan,
Aku titip salam dalam derasnya hujan berlalu
Bagiku kaulah
Sebagai perantara dengan kekasihku yang dulu
Setiap kali pelangi menyapaku
Aku tahu kau selalu menitipkan salamku
Deru,
Seperti deru hujan berlalu
Deru hari-hariku
Rasa,
Rasa hari-hari berlalu
Bukan seperti rasa tahun-tahun dahulu
Karena bukan lagi titip salam rindu
Kau sampaikan padaku
Rasa air hujan yang pahit tentu bukan rasa rindumu
Bahkan pada satu-satunya bunga yang kau titipkan dulu
Telah layu karena perasaan pahitmu
Layu,
Seperti yang pernah kau sebutkan dulu
Rasa air hujan adalah juga rasa hari-hariku
Aku tahu rasa luka duka dulu
Menambah pahit air hujan di ujung lidahku
Mengapa kulepas luka di hatimu
Sewaktu kita basah di bawah deras hujan waktu itu
Kalbu,
Kelabu seperti hari-hariku
Air hujanmu kuharap kembali membasuh hatiku
Tanpa rasa pahit hanya segar seperti baru
Seperti ketika pertama dulu
Walaupun bukan dengan dirimu
Aku harap setelah deras hujan berlalu
No comments:
Post a Comment