Monday, December 18, 2006

galeri puisi

Aku titip salam dalam derasnya hujan berlalu

Oleh: Robin Ginting

Awan,

Awan-awan putih

Atau kelabu di langit sana

Telah bertumbuh besar semenjak pagi

Ketika angin bertiup semakin kencang

Masih,

Aku masih saja menuggu saatnya hujan

Membasahi bumi dengan rinai-rinai

Akankah bau tanah dan rumput-rumput

Mengingatkan ketika kau dan aku

Larut dalam pegangan tangan

Berlari-lari kecil menghindari hujan

Inilah saatnya,

Sudah hampir sepuluh tahun teman

Namun aku masih saja mengingatnya

Karena untuk pertama kali waktu itu

Aku menengadahkan muka ke langit

Dalam derasnya hujan aku rasakan cintamu

Hujan,

Betapa siklus biogeokimia selalu membawamu

Kembali hadir di sini

Menemani hari-hariku yang semakin terasa panjang

Namun kau tak pernah membawa kekasihku

‘tuk pulang

atau sekedar menitipkan rindu

pada sebuah hati telaga biru

Hujan,

Aku titip salam dalam derasnya hujan berlalu

Bagiku kaulah surat cintaku

Sebagai perantara dengan kekasihku yang dulu

Setiap kali pelangi menyapaku

Aku tahu kau selalu menitipkan salamku

Deru,

Seperti deru hujan berlalu

Deru hari-hariku

Rasa,

Rasa hari-hari berlalu

Bukan seperti rasa tahun-tahun dahulu

Karena bukan lagi titip salam rindu

Kau sampaikan padaku

Rasa air hujan yang pahit tentu bukan rasa rindumu

Bahkan pada satu-satunya bunga yang kau titipkan dulu

Telah layu karena perasaan pahitmu

Layu,

Seperti yang pernah kau sebutkan dulu

Rasa air hujan adalah juga rasa hari-hariku

Aku tahu rasa luka duka dulu

Menambah pahit air hujan di ujung lidahku

Mengapa kulepas luka di hatimu

Sewaktu kita basah di bawah deras hujan waktu itu

Kalbu,

Kelabu seperti hari-hariku

Air hujanmu kuharap kembali membasuh hatiku

Tanpa rasa pahit hanya segar seperti baru

Seperti ketika pertama dulu

Walaupun bukan dengan dirimu

Aku harap setelah deras hujan berlalu

Ada pelangi di ufuk biru

No comments: